Waspada, Pasien DBD Mayoritas Anak-anak
Arjawinangun – Bulan Januari 2015, pengidap demam berdarah dengue (DBD) meningkat dibandingkan dengan Januari 2014. Hal itu berdas...
https://pemdesgrogol.blogspot.com/2015/02/waspada-pasien-dbd-mayoritas-anak-anak.html
Arjawinangun – Bulan Januari 2015, pengidap demam berdarah dengue (DBD) meningkat dibandingkan dengan Januari 2014. Hal itu berdasarkan data di Rumah Sakit Umum Daerah (RUSD) Arjawinangun.
Pada Januari 2015 jumlah pasien DBD di RSUD Arjawinangun terdapat 51
Pasien DBD. Dari jumlah tersebut ada dua pasien yang sampai meninggal
dunia.
Pasien DBD di RSUD Arjawinangun di Januari 2015, mayoritas kalangan
anak-anak di bawah umur. Seperti yang terlihat Senin (2/2), terdapat
sejumlah anak-anak pasien DBD dirawat intensif.
Salah satunya balita bernama Galih. Warga Tegalwangi, Kecamatan Weru,
itu dilarikan ke RSUD Arjawinangun setelah mengalami demam selama tiga
hari. “Sebelumnya saya kira anak ini hanya demam biasa, saat diperiksa
di puskesmas setempat, anak saya diharuskan untuk dirawat inap agar
lebih terkontrol oleh dokter. Sampai di sini (RSUD Arjawinangun, red), benar anak saya, terkena DBD,” kata Sulastri (35) ibu kandung Galih, Senin (2/2).
Salah satu dokter RSUD Arjawningagun Dewi Damayanti mengatakan,
mayoritas penderita demam berdarah adalah anak-anak. Hal itu karena daya
tahan tubuh anak-anak cukup lemah. Sementara aktivitas anak-anak
kebanyakan di sekitar rumah yang pada saat hujan tiba banyak genangan
air dan menimbulkan jentik nyamuk. “Penderita yang meninggal dunia
diakibatkan keluarga terlambat membawa ke puskesmas atau rumah sakit,”
ujarnya.
Dia menjelaskan, gejala awal penderita DBD dimulai dengan panas
tinggi selama tiga hari. Setelah itu, panas akan turun dan kebanyakan
orang menganggap sudah sembuh. Padahal saat itu kondisi penderita demam
berdarah kritis. Kondisi kritis ditandai dengan shock,
pendarahan dan rasa nyeri pada ulu hati. “Sebelum masa kritis datang,
kami sarankan untuk dibawa ke puskesmas, rumah sakit atau ke dokter,”
kata dia.
Ia mengimbau kepada seluruh orang tua agar lebih memperhatikan
lingkungan. Terlebih saat musim hujan, akan banyak genangan air yang
menimbulkan jentik nyamuk. “Orang tua harus selalu memperhatikan
genangan air. Jangan sampai lebih dari 3 hari tidak dibersihkan. Karena
nyamuk itu bersarang, bukan hanya di tempat yang kumuh, di tempat yang
tergolong bersih pun nyamuk tersebut akan bersarang di air itu. Oleh
karena itu, setiap pemilik rumah harus rajin memberantas sarang nyamuk
agar tidak terjadi yang tidak diinginkan,” imbaunya. (ARN/K4)
Sumber : www.radarcirebon.com